Wednesday 5 November 2014

Petaniku, Kapan Menjadi Industri Pertanian?



      Kita semua mengetahui bahwa Indonesia sebagai negara agraris.  Dari 1.922.570 km2 Daratan Indonesia sekitar 2 Persen untuk lahan pertanian (untuk sawah) tepatnya 3.057.294 hektar atau 30.573 km2.  Dengan luas yang cukup ini tentu inline dengan jumlah petani yang cukup tinggi juga.  Pertanyaan sederhana dari petani yang ada tersebut kira-kira berapa persen yang masuk kategori kaya sampai ultra kaya? Walau belum ada data statistiknya tapi kita lihat saja secara real pasti sudah terjawab dengan sendirinya.


     Metode pertanian (terutama untuk padi) diharapkan dapat terus dikembangkan sehingga produksi per hektar makin meningkat.  Penggunaan bahan kimia sebaiknya juga dikurangi sedikit demi sedikit karena selain mengurangi kualitas padi itu sendiri tapi juga mengurangi kualitas tanah pertanian juga dalam jangka panjang.  

     Namun yang jadi persoalan tadi adalah kenapa  petani Indonesia tidak bisa kaya?.  Salah satu permasalahan yang sering terjadi di lapangan adalah para petani menggadaikan sawah-sawah mereka.  Untuk ukuran kota/kab Bandung satu petak sawah kurang lebih 3-5 juta rupiah.  Prinsipnya selama 3 juta tidak dikembalikan maka seluruh hasil sawah/pertanian didalamnya menjadi milik yang memberi pinjaman uang.  Sehingga banyak sekali orang-orang kaya memanfaatkan hal itu.  Lebih menyedihkan lagi adalah setelah digadaikan untuk lahan kembali dikelola oleh petani tersebut dan hasilnya dibagi 2.  Bagi pemilik modal ini sangat-sangat menguntungkan karena tanpa kerja keras dapat hasil, sedangkan bagi petani kapan bisa bayar kembali 3 jutanya?

     Judul diatas tentang industri pertanian.  Mungkin yang terbayang adalah sebuah perusahaan besar/raksasa dan memiliki alat-alat berat untuk pertanian.  Itu hanya memudahkan istilah saja, tapi secara prinsip adalah sama.  Kalau memang para petani mau kita bisa membuat sebuah industri (secara prinsip dikelola layaknya sebuah industri) tapi lebih cocok dinamakan koperasi petani.  Buatlah koperasi layaknya sebuah industri dengan manajemen yang profesional, sedangkan sawah kita asumsikan layaknya sebuah mesin.  Segala hal yang berkaitan dengan lahan pertanian serta pengolahan lahan dikelola oleh koperasi, namun ketika panen bisa bagi hasil.  Begitu juga untuk para petani termasuk kalau ada keperluan berkaitan kebutuhan-kebutuhan mendesak koperasi bisa dimanfaatkan.  Juga dalam hal penjualan produk semua dikendalikan oleh koperasi sehingga menghindari para tengkulak yang lebih kaya dari petani itu sendiri.  Kalau petani dan koperasi sudah satu visi maka seperti koperasi di Jepang, bahkan sekaliber kaisar konon lebih takut dengan kekuatan koperasi petani dibanding kekuatan militer.

      Dengan kuatnya para petani maka kuatlah juga negara ini.  Jadi selamatkan negaraku dengan swasembada lagi dan kayakan petaniku, Ya Alloh. Amiin.

No comments:

Post a Comment